Ketua Umum Gabungan InÂdustri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan, jika peÂrilaku impor truk bekas masih dibiarkan, bisnis industri otomoÂtif bakal mati. Saat ini, kemamÂpuan produksi truk di Indonesia di atas 200 ribu per tahun.
"Sekarang penjualannya baru 80 ribu satu tahunnya," ujarnya usai membuka acara
Gaikindo Indonesia International ComÂmercial Vehicle Expo (GIICOMÂVEC) di Jakarta, kemarin.
Dengan kapasitas produksi yang tinggi, dia mengaku, masih bingung kenapa pemerintah masih membuka keran impor truk bekas. Padahal truk bekas itu uji emisinya tidak jelas.
"Layak jalannya juga tidak jelas, sparepart-nya pun tidak tahu dari mana, dan segala macam. Ini kalau dibiarkan bisa mematikan industri otomotif," kata Nangoi.
Kebijakan impor truk bekas akan mengancam industri otoÂmotif nasional. Padahal, industri ini sudah sangat berkontribusi untuk perkembangan negara. Industri otomotif telah memÂpekerjakan 1,2 juta- 1,4 juta pekerja. Kemudian menyumÂbang pemasukan ke pemerintah sampai Rp 120 triliun.
"Kalau ini kita di-bully denÂgan truk bekas, bakal bahaya. Ini tidak ada untungnya juga beli truk bekas. Sekarang kita sedang minta bantuan ke pemerintah," katanya lagi.
Di tempat yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berjanji mengevaluasi kebijakan impor truk bekas yang dilakuÂkan sejak 2016 pada tahun ini. Penghentian impor truk bekas bisa segera dijalankan karena tidak memerlukan aturan terÂtentu, hanya membutuhkan penghentian rekomendasi impor truk bekas.
"Diharapkan tahun ini bisa terealisasi, sehingga tidak ada lagi impor truk bekas," tegasnya.
Dia menilai, kemampuan nasional di bidang kendaraan komersial ini sudah cukup kuat, sehingga pemerintah akan menÂdukung dan juga akan melarang impor truk bekas. Saat ini, kata dia, sarana kebutuhan transporÂtasi semakin meningkat.
Tercatat selama 2017, penÂjualan kendaraan jenis truk dan bus mencapai 89 ribu unit dengan total produksi 93 ribu unit. Jumlah ini naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencatat 70 ribu unit dan 27 ribu untuk pasar ekspor.
Pada tahun ini, dia optimistis penjualan truk dan mobil niaga akan tetap moncer. Bahkan, ekÂspor truk tahun ini ditargetkan mencapai 35 ribu unit. "Industri kendaraan komersial memang banyak tantangan, termasuk terÂbatasnya infrastruktur jalan raya dan pada saat ini dilakukan peleÂbaran jalan. Industri komersial ini sangat mendukung industri logistik," kata dia.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Tranpostasi, dan Elektronika Kementerian PerinÂdustrian Harjanto mengatakan, impor truk bekas memerlukan rekomendasi dari KementeÂrian Perindustrian. Nah, untuk mengehentikannya tinggal tidak keluarkan rekomendasinya.
Menurut dia, impor truk beÂkas memang seharusnya tidak dilakukan. Sebab, tidak ada yang bisa menjamin kondisi truk tersebut dari sisi emisi maupun keamanannya. "Truk lama itu akan emisinya tinggi. padahal kita mau menurunkan emisi," katanya.
Dongkrak Penjualan
Yohannes menargetkan, dengan digelarnya pameran GIICOMVEC, penjulan truk dan mobil niaga akan naik 20 persen dari target penjualan tahun ini. Apalagi, saat ini perÂekonomian nasional sudah muÂlai membaik terbukti dengan mulai membaiknya penjualan truk dan mobil niaga.
Ada empat belas Agen PemeÂgang Merek (APM) kendaraan komersial yang ikut acara ini. Di antaranya Daihatsu, Hino, Isuzu, Iveco, MAB (Mobil Anak Bangsa), Mercedes-Benz, Mitsubishi Fuso, Mitsubishi Motors, Suzuki, Sokonindo, UD Truck, United Tractors, Toyota serta Volvo. Kemudian, ada lima industri karoseri juga ikut, seperti Adiputro, Laksana, ShinÂmei, Sugity Creatives, Trubo Engineering.
Sebanyak kurang lebih 3 ribu pelaku industri ditarÂgetkan akan datang. Mereka berasal dari industri transporÂtasi, logistik, konstruksi dan infrastruktur, komoditas miÂgas dan non-migas, termasuk batu bara, minyak dan gas serta peternakan, kehutanan, retail, wholesaler dan lainÂnya. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: