"Sasis yang berada di InÂdonesia tidak boleh diekspor karena ada sales agreement territory dari agen pemeÂgang merek (APM) Untuk itu, diperlukan adanya campur tangan pemerintah untuk meÂnyelesaikan kendala tersebut," ungkap Sommy di sela acara Musyawarah Nasional AskarÂindo di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, spesifikasi sasis yang ada di Indonesia juga belum tentu sesuai dengan spesifikasi global. Kondisi-kondisi tersebut, merupakan contoh yang memÂbuat pengiriman ke luar negeri oleh para pelaku usaha karoseri di dalam negeri belum akan banyak sepanjang tahun ini.
"Ekspor yang dilakukan oleh para pelaku usaha karoÂseri tidak terpisah dengan ekspor sasis kendaraan niaga atau tidak berdiri sendiri. Sasis yang keluarkan pada umumnya saat ini dari APM. Karoseri hanya membuat rumah-rumahnya, jadi legal document dan sebagainya adaÂlah dari chasis," katanya.
Menurut dia, salah satu napas industri karoseri di Indonesia adalah pesanan dari instansi pemerintahan. Sama halnya denÂgan proyeksi tahun ini, AskarÂindo berharap banyak dengan pembelanjaan pemerintah.
Sommy mengatakan pemeÂsanan dari instansi pemerintah memang besar. Paling banyak dari TransJakarta dan KemenÂhub. Tahun lalu, Kemenenterian Perhubungan (Kemenhub) peÂsan 600 unit, total dari instansi pemerintah 1.000 unit.
Pada tahun ini, Transjakarta bersiap belanja bus 2.000-an unit. Kendati demikian, diÂrinya mengaku belum mengeÂtahui siapa yang dapat dari tender di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa PeÂmerintah (LKPP).
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan, industri karoseri merupakan salah satu industri padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja serta memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: